Sabtu, 03 Maret 2012

Mengenal Bentuk Berbagai Irisan Kerucut

Sifat optik irisan kerucut juga telah digunakan untuk menghasilkan lensa variabel sebagai pengganti lensa bifokal pada kacamata. Dimulai dari bagian atas, lensa diasah hingga eksentrisitasnya bervariasi dari kecil ke besar dengan bentuk irisan melintang mulai dari elips ke parabola sampai hiperbola. Kacamata jenis ini membantu penggunanya menghasilkan penglihatan yang sempurna terhadap benda di jarak berapapun hanya dengan memiringkan kepala. Menarik bukan?***

Kedua sinyal yang dikirimkan tersebut setibanya di kapal laut atau pesawat udara akan dikuatkan dan ditampilkan di layar sebuah tabung sinar katode (Cathode-Ray Tube/CRT). Lokasi titik-titik dengan beda waktu-tiba tersebut direpresentasikan kurva hiperbola. Dengan cara demikian, lintasan kapal laut atau pesawat udara tersebut akan memotong sebuah hiperbola yang berfokus di kedua pemancar tadi.
Sistem pemancar yang sudah disinkronkan tersebut terdiri atas stasiun utama dan stasiun pendukung. Stasiun utama akan memancarkan sinyal singkat ke kapal laut atau pesawat adara dalam selang waktu yang teratur yang akan diulangi stasiun pendukung. Gelombang radio yang memiliki kelajuan 300.000 km/detik ini bergerak dengan kelajuan yang sama dari kedua stasiun, namun menempuh jarak yang berbeda untuk tiba di instrumen penerima yang memiliki ketelitian sampai seperseribu detik.
Bagaimana dengan kurva berbentuk hiperbola? Selain orbit parabola, komet-komet yang memiliki kecepatan dan massa yang cukup untuk mengatasi tarikan gravitasi Matahari juga dapat memiliki orbit berupa hiperbola. Sebuah sistem navigasi modern yang disebut LORAN (LOng RAnge Navigation) juga memanfaatkan bentuk kurva yang satu ini. LORAN digunakan untuk menentukan posisi kapal laut atau pesawat udara dengan cara menentukan beda waktu-tiba suatu sinyal radio yang mencapainya, yang dikirimkan dua buah pemancar tetap yang terpisah pada suatu jarak.
Bila gesekan udara diabaikan, lintasan sebuah peluru yang ditembakkan dengan sudut elevasi tertentu dari tanah akan berupa parabola. Kabel baja sebuah jembatan gantung berbentuk parabola. Busur juga sering berbentuk parabola. Demikian pula dengan komet-komet yang hanya sekali mendekati Matahari yang setelah itu tidak pernah kembali, lintasannya pun berbentuk parabola.
Mikrofon paraboloida yang dipakai untuk mengumpulkan bunyi dari bagian terjauh sebuah stadion sepakbola, misalnya, juga dibuat dengan memanfaatkan sifat di atas. Bunyi diketahui juga memenuhi hukum Pemantulan yang berlaku bagi cahaya. Jangan lupa dengan pelajaran fisika di jenjang SMA yang mengajarkan gerak peluru.
Peristiwa sebaliknya dijumpai dalam astronomi. Teleskop optik yang menggunakan cermin paraboloida sebagai pengumpul cahayanya akan mengumpulkan semua cahaya yang datang dari obyek langit dan sejajar sumbu simetri ke arah fokus.
Sebuah sifat geometri sederhana dari kurva berbentuk parabola juga banyak diterapkan pada bidang teknik. Menurut fisika, bila seberkas cahaya tiba di suatu permukaan mengkilap, sudut datang berkas cahaya tersebut akan sama besar dengan sudut pantulnya. Dalam studi optika, inilah yang disebut hukum Pemantulan. Apabila sebuah parabola diputar mengelilingi sumbu simetrinya akan terbentuk sebuah permukaan menyerupai cangkir yang disebut paraboloida. Bila bagian dalam dari permukaan yang terbentuk dibuat mengkilap, berkas cahaya yang bersumber di fokus paraboloida dan mengenai permukaan mengkilap tersebut akan dipantulkan sejajar dengan sumbu simetri. Sifat inilah yang digunakan dalam pembuatan lampu sorot, di mana sumber cahaya ditempatkan di fokus.
Pada orbit elips yang sangat lonjong tersebut kalor yang diterima planet dari bintang induknya mempunyai variasi sangat besar, yaitu 20�ampai 260�ari kalor yang diterima permukaan Bumi dari Matahari! Selain itu, bentuk elips juga dapat dijumpai pada bidang rekayasa, seperti dalam desain roda gigi mesin Wankel (Wankel engines) dan alat pemotong logam (punch press).
Komet yang secara periodik mendekati Matahari adalah contoh benda langit yang memiliki orbit berbentuk elips. Demikian pula halnya planet-planet di Tata Surya, mulai dari elips yang hampir mendekati bentuk melingkar (nilai eksentrisitas mendekati 0) sampai elips yang agak lonjong yang ditandai dengan nilai eksentrisitas yang lebih besar. Bahkan pada sejumlah extrasolar planets dijumpai adanya planet dengan orbit yang memiliki eksentrisitas tinggi.
) yang ditemukan mengorbit bintang-bintang setipe Matahari diketahui memiliki orbit yang berbentuk lingkaran. Demikian pula dengan pesawat ulang-alik maupun satelit-satelit komunikasi geostasioner yang mengorbit Bumi. Sesuai namanya, satelit geostasioner ini memiliki orbit melingkar yang sejajar dengan ekuator atau khatulistiwa Bumi di ketinggian 35.800 kilometer. Satelit mengorbit Bumi dengan periode yang sama dengan periode rotasi Bumi, 23 jam 56 menit 41 detik. Posisi ini membuat satelit seolah-olah "terkunci", sebab ketinggian dan posisinya relatif dapat dibuat tetapterhadap wilayah di bawahnya. SEJUMLAH planet luar Tata Surya (
Semoga Bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar