Sabtu, 10 Maret 2012

Cerpen 11 :: GALAU

oleh : Yuli Sagita (SMA)

***
  • Galau galau galau. Sebuah kata yang sering terucap dewasa ini. Entah bagaimana rasanya galau. Bagaimana bentuk seorang ketika sedang galau? Segitiga kah, persegi, atau mungkin lingkaran? Entahlah semua itu benar atau tidak. Hantu galau benar-benar berkeliaran merasuki jiwa-jiwa yang gelisah, merana, atau mungkin kecewa. Apakah mungkin yang pernah ku rasakan waktu itu juga termasuk galau?

    Kembali ke masa yang telah berlalu. Tepatnya tanggal 06 mei 2010.
    Waktu itu pengumuman kelulusan Ujian Nasional. Pagi itu pukul 10.00 kurang lebihnya, aku mendapat pengumuman tersebut. Alhamdulillah dalam hati aku bersyukur aku bisa lulus walau dengan hasil yang kurang begitu memuaskan. Aku sendiripun tak mengerti mengapa bisa demikian. Sungguh jauh berbeda dengan nilai Try Out terakhir aku. Waktu Try Out aku mendapat nilai terbaik di sekolahku tapi pada saat Ujian Nasional semua berubah. Tapi tak apa buatku, aku mencoba bersabar menerima kenyataan tersebut meski berat.
    Satu tahap dalam hidupku telah ku lewati. Tapi bukan itu yang menjadi buah bibir dalam pikiranku.
    Tepat sebulan setelah pengumuman Ujian Nasional.
    Tanggal 05 Juni 2010 boleh jadi hari yang menegangkan dalam hidupku, sesuai dengan jadwal yang tertera, hari itu hasil tes masuk SMAN 1 SOOKO Mojekerto akan diumumkan.
    Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam pun akhirnya berjalan terus tiada henti, sampai akhirnya waktu itu tiba, pukul 12.00 siang.
    Telah ku siapkan segalanya, ku buka website pengumuman itu, ku tunggu sejenak sambil menunggu. Tak lama terlihat semua daftar siswa yang diterima masuk. Ku baca perlahan-lahan setiap nama dalam pengumuman itu hingga nama siswa terakhir. Ya allah satu pun tak ada namaku disana.
    Seketika aliran darah pun mengelu, detak jantung berdesir, mentalku mulai roboh, mataku terpejam, dalam pikiranku, apa yang harus aku katakan kepada kedua orang tuaku. Timbul rasa penyesalan yang mengawang-awang. Ku coba kontak temanku, dan ku tanya, "kamu diterima gak", seketika pun dia membalas pesanku, "alhamdulillah aku di terima".
    Sekali lagi hatiku tersentak, pikiranku pun mulai berbicara aneh, "kenapa dia di terima sementara aku tidak? Apa yang salah denganku?"
    Akhirnya kuputuskan untuk pulang, istirahat sejenak di rumah dan berkata kepada ibu tentang hal ini.
    "Maaf bu, aku belum bisa diterima di SMAN 1 SOOKO". Dalam pikiranku, mungkin ibuku kecewa, tapi perkataan ibu selanjutnya membuatku terkaget..
    "Sudah tidak apa-apa, belum rizki kamu, mungkin di SMA lain, kan masih masih banyak SMA disini".
    Dalam sekejap aku pun mulai bisa berpikir jernih, aku sedikit tenang dengan perkataan ibu tadi. Tapi menjelang tidur, semua itu berubah lagi, hatiku kembali resah dan gelisah setiap teringat kata-kata tadi, hasil pengumuman dan kabar temanku yang di terima.
    Betapa frustasinya malam itu. Insomnia yang sebelumnya jarang kurasakan, tiba-tiba datang menghinggapi. Sampai jam 3 kurasakan hal itu, menjelang subuh barulah rasa kantuk itu bermunculan.
    Setelah subuh barulah perjalananku di pulau kabuk berlanjut. Tidak lama berlalu, aku pun terjaga dari tidurku, tepat pukul setengah 7 aku terbangun. Hal semalam masih terbayang selalu di ingatanku. Entah kenapa ?
    Tapi hari ini ku bertekad untuk tidak bersedih akan pengumuman tersebut.. Ku tebar senyum seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Ku coba tegar dengan pertanyaan yang menghujaniku dari orang-orang yang ku kenal.
    "gimana, kamu diterima gak, jadi sekolah di SMAN 1 SOOKO?"
    Dengan wajah polos dan senyum yang menutupi mendungku, aku menjawab, "gak diterima. eheheheh". Dalam hati, ku tak sanggup menutupi semua kegelisahanku. Tapi ku tak ingin orang tahu bahwa aku down atas pengumuman itu. Aku sangat ingin bersekolah di SMAN 1 SOOKO sejak kelas VII.
    Hari demi haripun terlewati, perasaanku pun mulai tenang kembali. Ku coba bangkit dari semua itu. Akhirnya, aku mendaftar di sebuah sekolah SMA, yaitu SMAN 1 Wringinanom. Mungkin tak terkenal seperti SMAN 1 SOOKO yang aku minati pertama kali. Tapi dalam pikiran aku mungkin disanalah harusnya aku bersekolah.
    Dan ya, memang benar disanalah aku akhirnya harus bersekolah, aku diterima disana dengan urutan no 5, sungguh bahagia rasanya hati aku.
    Lalu waktu terus berjalan, semua perjalanan hidupku baru aku mulai disekolah ini, aku merintis tiap prestasi dari nol lagi, begitu terasa sulitnya aku bangkit dari keterpurukan ini.
    Pijakan awalku disekolah ini untuk membuktikan kepada semua orang agar jangan memandang aku sebelah mata lagi. Tatapan semua orang terhadapku terasa seperti mentertawakan ku. Benar atau tidak, aku pun tak tau pasti dan aku tak mau tau akan hal itu.
    Lalu di suatu siang seperti biasa, sebagai anggota OSIS, aku dan anggota OSIS lain berkumpul diruang OSIS untuk rapat membahas hal yang gak begitu penting menurutku. Selalu saja Proker proker dan proker. Kataku "iyah pak ketua, proker sekbid 3 keilmuan tentang OSK sudah berjalan, tinggal tahap finishing".
    Di OSIS ini aku memegang jabatan sebagai ketua Seksi Bidang Keilmuan, suatu Sekbid yang mengurusi tentang perlombaan akademik siswa termasuk juga KIR (Karya Ilmiah Remaja).
    Sebenarnya asik juga tugas OSISku di Sekbid ini, tapi tak asiknya ya sebagai OSIS selalu saja di pandang sebelah mata oleh siswa lain, yang menganggap kami sok berwewenang lah, apalah. Apalagi kalau ada yang tanya kepadaku "Apa sih untungnya jadi OSIS ?"
    Aku sendiripun tak tau apa untungnya jadi OSIS, udah capek, menyita waktu, tak dapat apa-apa pula. Tapi dalam pikiran aku yang aku tau hanya aku senang jadi OSIS dan itu alasan aku ikut OSIS.
    Well, kita mulai cerita bukan soal OSIS tapi dari OSIS ini semuanya berawal.
    Proker OSK ku sudah selesai, semua anak yang sudah terdata aku serahkan ke wakasek, sebut saja pak jue, biasa aku manggil beliau.
    Setelah data tersebut aku serahkan, entah bagaimana beliau mengolah data tersebut, hingga esok harinya aku dipanggil kekantor, aku diberi data anak yang akan berangkat nanti tanggal 23 januari 2011 ke Kabupaten Gresik untuk mengikut seleksi OSK, dan berlanjutlah tugas Sekbidku untuk mempersiapkan semuanya, mulai dari siswanya hingga guru pembimbingnya. Lalu ku baca data tersebut dengan maksud untuk mengumpulkan setiap siswanya. Dan betapa terkejutnya aku, tercantum namaku di OSK mapel Matematika. Ah,, benarkah ini? Ku cubit pipiku, terasa sakit. Allah ini bukan mimpi, ini nyata. Alhamdulillah.
    Setelah itu tanggal 22 januari 2011 aku siapkan semuanya dan selesai, kecuali persiapan untuk aku sendiri dan kakak kelas aku sebut saja ardiansyah. Guru pembimbing untuk OSK Matematika sedang sibuknya, tak sedikitpun kami mendapat pembimbingan. Kami hanya belajar sendiri, sebisa kami dan semampu kami. Lalu dalam benak aku berkata, "Bisakah aku, aku hanya siswa kelas X, tak banyak yang aku mengerti, apalagi Matematika, aku tak bisa sama sekali tentang pelajaran ini."
    Malam itu kegalauan menghampiri aku lagi, mungkin tak segalau dulu, tapi benar-benar menggangu pikiranku.
    Jujur tak pernah aku berfikir bisa terpilih mewakili sekolah dalam mapel Matematika, karena selama ini tak pernah berminat aku dengan Matematika, walau aku akui nilai terbaik aku di mapel Matematika bukan yang lain. Tapi tak pernah aku merasa tertarik dengan Matematika. Lalu kucoba pejamkan mata ini. Benakku bertanya-tanya, "Apa yang akan terjadi esok pagi?" dan akupun mulai terjaga.
    Pagi itu aku bangun, aku bersiap untuk berangkat ke Kabupaten Gresik bersama teman peserta OSK yang lain, dalam perjalanan aku hanya diam memikirkan nantinya bagaimana, bagaimana aku akan mengerjakannya, sedangkan materi dalam lingkup sekolah saja aku tak mampu menguasainya.
    Saat sampai, aku memasuki ruanganku, tertulis di pintu ruangan itu Kimia 3. Aku duduk dibangku aku, ku lihat sekelilingku, peserta lain nampak cerdas, genius dan bla bla bla. Sedang diriku, "Oh tidak".
    Dan sampailah waktunya, tahap mengerjakan soal seleksi, "terdapat 10 pilihan ganda dan 10 soal uraian. Tiap point benar bernilai 4, salah -1, tak menjawab 0." kata guru Pengawas dalam ruangan itu.
    Seleksi pembinaan OSN Kabupaten, itulah yang tertulis di cover terdepan soal. Soal-soal gaib apakah yang akan muncul ? Otakku mulai berpikir aneh. Ku buka perlahan soal itu dengan bacaan basmallah.
    "Astafirullah, soal apa ini?" dalam hati aku berkata ketika melihat semua soal itu, lalu kuambil pensilku, dan ku mulai mengerjakan semampuku. Ditengah pengerjaan ku melirik peserta sampingku begitu seriusnya dengan hitungan rumus yang begitu banyak. Saat itu aku merasa begitu mindernya, hanya pesimis yang aku rasakan. Dalam hati aku berkata, "Mungkinkah aku lolos seleksi ini?"
    Finish.
    Akhirnya waktu pengerjaanpun selesai, yang kuperoleh hanya 5 jawaban. Kegelisahan pun menyelimutiku seiring melihat teman sebelahku penuh tak tersisa mengisi lembar jawaban. Aku pun keluar ruangan dengan rasa pesimis, tapi aku bertekat tak boleh ada kata menyerah insyaallah aku pasti lolos.
    Setelah beberapa hari berselang, tanggal 28 januari 2011 aku mendapat berita dari ardiansyah, aku dan dia lolos seleksi, aku mendapat no 2 dengan point total 32 dan dia no 8 dengan point total 20.
    "Ya Allah terima kasih engkau mewujudkan mimpiku lagi, sekali lagi keyakinan aku menjadi kenyataan."
    Lalu ku lihat no 1 tertera nama Rahmat Sayyid Zharfan dengan point 48. Waktu itu aku ingin sekali kenal dia.
    Jujur saja waktu mengetahui semua itu hampir tak percaya aku, ditambah melihat teman-teman yang lain yang mendapat bimbingan intensif sebelum seleksi justru tak satupun lolos, tapi aku dan ardiansyah justru yang lolos, tanpa bimbingan, tanpa pengarahan, hanya berusaha sendiri sebaik mungkin.
    Point 32, sampai saat inipun aku tak mengetahui dari mana asalnya nilai itu, aku hanya mengerjakan 5 soal tapi mendapat nilai 32, bagaimana caranya? Tapi aku tak perlu memikirkannya, yang jelas aku telah lolos tahap awal.
    Malamnya aku ceritakan itu ke orang tuaku mengenai hal ini, dengan senyum bahagia aku berkata, "Ayah, Ibu, Alhamdulillah aku bisa lolos seleksi kabupaten kemarin."
    "Iyah Alhamdulillah nak, belajar lagi yang rajin yah." kata ibuku, pembangkit semangatku. Tapi tidak dengan ayahku, beliau tetap saja diam. Selama ini aku selalu berusaha menjadi yang lebih baik dan lebih baik lagi untuk beliau, ingin sekali dalam hati aku mendapat pujian dari ayah, walau hanya sekatapun tak masalah, aku sungguh mengharapkannya, tapi sayangnya tak pernah, sampai saat ini pun tak pernah.
    Waktu itu terasa kebahagiaan ini tak lengkap. Sungguh tak dapat aku sembunyikan, keadaan keluargaku memang tak begitu harmonis, sering terjadi pertengkaran ditengah keluargaku. Sungguh beban hidup yang amat mengganggu. Tapi aku masih bersyukur, keluargaku masih utuh, setidaknya orang tuaku tak berpisah seperti orang tua sahabatku.
    Aku tau keterbatasanku, aku tau aku bodoh, aku juga sering sakit sehingga selalu merepotkan orang tuaku. Tapi aku selalu berusaha untuk membuat orang tua aku bangga, tapi tak ayal justru aku membuat mereka kecewa. Tapi setidaknya aku sudah berusaha.
    Hari itupun berlalu, beberapa minggu aku mendapat bimbingan di kabupaten. Disana aku bertemu banyak anak dengan karakter yang berbeda-beda, sungguh membuatku kagum dengan mereka, terlebih satu orang yang benar-benar membuat aku merasa minder tapi selalu dia yang memberi aku semangat serta motivasi, sebut saja dia Rahmat Sayyid Zharfan, biasa aku panggil dia Arfan.
    Ternyata aku baru ingat, dia lah teman yang berada disamping aku waktu seleksi dulu, orang yang petama kali membuat aku merasa minder, merasa tak pantas berada dalam pembimbingan ini.
    Saat itu hari ketiga pembimbingan aku masih ingat, Arfan izin untuk tidak mengikuti pembimbingan karena acara study tour, Arfan waktu itu baru naik kelas XI, mungkin usia Arfan setara denganku tapi Arfan sekarang kakak kelas aku, karena memang Arfan bersekolah dikelas Akselerasi. Waktu mau berangkat, pertama kalinya aku bersalaman dengan Arfan layaknya teman yang sudah akrab sekali. Dan aku senang akhirnya aku bisa mengenal Arfan.
    Jujur banyak banget yang aku kagumi dari sosok Arfan, mungkin dia sekilas terlihat cuek, tapi sesungguhnya dia tidak demikian. Aku selalu mencoba untuk mengenal Arfan, lebih dan lebih.
    Arfan dulu sebenarnya pernah mendapat tawaran mendapat beasiswa untuk melanjutkan sekolah di Jakarta, tapi ditolak olehnya, dia lebih memilih bersekolah disini, di SMAN 1 Gresik karena dia gak mau jauh sama mamanya, Arfan memang amat menyayangi mamanya.
    Well, saat itu dipembimbingan kami sedang membahas tentang dalil menelaos dan dalil ceva. Pertama kali dia menoleh ke arahku, tersenyum kecil melihatku. Benar-benar membuatku damai. Ku balas senyumnya dengan ragu, tak tau apa yang sedang bergejolah dalam perasaan aku, tapi yang pasti aku benar-benar bahagia.
    "Biasanya ngapain aja kalau hari minggu?" kata Arfan yang benar-benar mengagetkanku, tak biasanya Arfan bicara kepadaku.
    Aku tersenyum, "Ngapain yah? Paling dirumah aja. eheheh. Kalau kamu sendiri?"
    "Iyah sama dirumah, nonton film kartun."
    "Film kartun? Masih suka kartun ternyata?"
    "Iyah, I like patrick star."
    "Patrick star? Kalau aku I like scooby doo." aku pun tersenyum.
    Arfan membalas senyum aku. Allah, kenapa aku ini. Tak biasa aku segugup ini.
    Itulah awalnya aku mengenal Arfan, aku tau semua kesenangan Arfan, aku tau semua kebiasaan Arfan, dan aku tau semua sifat Arfan. Hingga hari itu tanggal 10 Mei 2011, seleksi OSK kedua, disini hanya akan diambil 3 orang untuk melanjutkan ke OSP.
    Malam hari sebelum aku berangkat, sekali lagi aku melihat orang tua aku bertengkar lagi. Betapa sakitnya hati aku melihat semua itu. Hati aku benar-benar galau, bahkan hanya untuk membuka-buka buku catatan aku saja rasanya tak mampu.
    Rasanya malam itu benar-benar galau. Bingung, resah, gelisah melihat kedua orang tuaku. Bahkan tak terlintas dalam pikiran aku tentang seleksi kedua esok hari. Aku hanya berpasrah.
    Hingga pagipun menjelang, aku berangkat dengan hati tak tenang. Perasaanku kali ini berkata aku pasti gagal, aku tak akan berhasil. Sekuat hati ku tepis rasa itu tapi sia-sia.
    Saat seleksipun tiba, sekali lagi kumelirik ke arah Arfan, tanpa kuduga Arfan pun menoleh ke arahku, dia tersenyum, sedikit membuat aku tenang. Lalu guru pengawas pun memasuki ruangan pun memasuki ruangan. Membagikan lembar soal pada setiap peserta. Ku buka lembar soal tersebut, terdapat 30 soal uraian jawaban singkat. Ku kerjakan soal itu dengan bacaan basmallah. Tanpa ku sadari aku pun menoleh lagi ke arah Arfan untuk menenangkan hati aku, membuat hati aku yakin aku bisa. Meski tak dapat aku pungkiri sesungguhnya tak yakin aku bisa melewati semua ini.
    Waktu pengerjaan pun berjalan sunyi. Hingga waktu selesai aku hanya mendapat 8 jawaban, sedang yang lain hampir 15 lebih. Tapi Arfan, aku tak tau dia menjawab berapa, mungkin semuanya, seperti waktu itu. Allah, sungguh bodohnya aku.
    Selang beberapa hari tiba-tiba ponsel aku berdering, 1 pesan singkat masuk di inbox aku, ku lihat pesan itu dari Arfan_gresk, "Oh, Arfan ! Kenapa, tumben banget." kataku dalam hati.
    Lalu kubuka pesan itu bertuliskan.
    "Jangan ada kata menyesal kawan bila mimpimu belum terwujud sekarang. Bila sekarang tak kau dapatkan emasmu, mungkin esok kau dapatkan berlianmu. Dan 1 hal jangan pernah menyesali hal yang belum terwujud nyata. Tetap .semangat kata Bondan Prakoso."
    Hati aku tergetar melihat pesan dari Arfan. Dalam hati aku senang ternyata Arfan ingat aku sangat mengidolakan Bondan Prakoso. Lalu ku balas pesan singkat itu.
    "Apakah maksud dari semuanya itu?". Tak lama aku mendapat balasannya, "www.dispendik.gresik.go.id".
    Dalam hati aku bertanya, "Apa maksudnya?" lalu segeralah kubuka website tersebut dan betapa terkejutnya aku ternyata hasil seleksi telah tertera disana. Ku lihat data tersebut satu per satu dan perwakilan untuk OSP Matematika tercantum nama :
    1. Rahmat Sayyid Zharfan
    2. Ully Kurniawati
    3. Assayid Kandiyas
    Allah, perasaan aku dulu jadi kenyataan juga ternyata. Aku tidak akan berhasil, dan memang aku tak berhasil. Lalu ku balas pesan Arfan yang tadi tak ku jawab.
    "Selamat yah Arfan, aku yakin kamu bisa, Go Get Gold ok."
    Lama sekali tak di ada balasan. 15 menit berlalu ponselku berdering kembali. Ternyata Arfan.
    "Insyaallah. Tahun depan giliranmu yah. Kalau aku Manado 2011, kamu Jakarta 2012" dan ku balas.
    "Insyaallah Arfan kalau ada kesempatan yang diberikan oleh Allah."
    "Insyaallah Ada, dan 1 hal terkadang yang buruk itu baik"
    "Makasih Arfan."
    Dan itu lah kalimat terakhir Arfan saat aku berhubungan dengan Arfan. Kata terakhir Arfan itu yang membuatku terus berusaha mendalami Matematika, menyukai Matematika, walau aku sendiri tau, aku tak lebih dari anak biasa yang tak mampu apa-apa, terlebih Matematika. Ah mungkin sungguh tak mungkin. Tapi aku akan berusaha. Insyaallah atas izin Allah.
    Hari itu hari yang benar-benar galau menurutku, tapi semua itu segera teratasi, karena ku pernah merasakan sebelumnya dimana mentalku jatuh pada saat pengumuman. Sebuah kehidupan baru akan aku mulai lagi, berawal dari sebuah mimpi, untuk bisa mewujudkan mimpi aku.
    Dan sekarang aku terus berusaha untuk mewujudkan mimpi aku. Semoga nantinya mimpi aku bisa jadi kenyataan pada akhirnya. Dengan Arfan lah sosok yang terus memberi aku motivasi dan inspirasi.
    Kemudian kabar terakhir dari Arfan dia masuk ke tahap seleksi tingkat nasional OSN. Rahmat Sayyid Zharfan siswa Gresik yang berhasil ke tingkat nasional untuk SMA dalam mapel Matematika. Sungguh membanggakan.
    Sebenarnya banyak siswa lain yang berhasil di tingkat nasional tapi kebanyak untuk SMP seperti
    1. Rafif Ulya Aditya peraih mendali perak OSN fisika SMP, bahkan dia juga mengikuti IJSO (Internasional Junior Sains Olimpiade)
    2. Muh. Wilmar Rifky P. peraih mendali perunggu OSN fisika
    3. Ade Hilmy Maulana A. aku kurang tau prestasi apa yang sudah didapatnya, tapi yang pasti juga membanggakan
    4. Dwi Angga M.S kurang begitu mengenalnya aku
    5. Denny Rengganis peraih mendali perak atau perunggu aku lupa (eheheh) OSN Matematika SMP.
    6. Irfan, sosok yang benar-benar tertutup, tapi kisah hidupnya pasti akan membuat semua orang tersentuh. Peraih mendali perunggu OSN IPS SMP.
    Sayangnya Arfan tak mendapat mendali dalam OSN. Tapi dapat bersaing di tingkat nasional itu saja sudah luar biasa hebatnya. Dan sekarang, tepatnya kemarin tanggal 14 Oktober 2011 Arfan baru kenaikan kelas XII. Tahun depan tak akan lagi aku bertemu Arfan. Sekarang pun tak pernah aku kontak dengannya, mungkin dia sedang gencar-gencarnya persiapan UNAS.
    Dan akhirnya sekarang aku pun juga menyadari mungkin kah semua ini rencana terbaik Allah yang menempatkan aku di SMAN 1 Wringinanom.Aku bisa mengenal anak-anak hebat seperti mereka, aku juga bisa berbagi pengalaman dengan mereka. Sungguh merekalah motivasi aku untuk bisa menjadi lebih baik lagi dan lebih baik lagi. Allah terima kasih atas semua takdir yang sudah kamu berikan ini. Sungguh takdir yang terindah.
    Dan pada akhirnya rasa galau yang dulu aku rasakan pada akhirnya pun bisa menjadi perasaan yang indah. Itulah definisi galau menurutku. Bagaimana definisi galau menurut kalian?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar