Sabtu, 10 Maret 2012

Cerpen 10 :: TANAMKAN SIFAT OPTIMIS

oleh : Susvika Desita Chaniago (SMA)


Tampak seorang wanita duduk termenung di teras rumahnya sambil membaca buku yang baru saja ia dapat dari gurunya di sekolah. Beberapa waktu lalu, gurunya memberi tugas untuk menuliskan mimpi-mimpi di masa depan dalam bentuk karangan atau gambaran. Hasil yang terbaik mendapatkan penghargaan (reward), dan ternyata ia adalah yang terbaik di kelas. Ia mendapatkan penghargaan berupa bingkisan yang ternyata berisi buku motivasi.

Sebelum-sebelumnya, ia tidak pernah menuangkan kemampuan menulisnya itu. Hanya menulis dalam diary, sehingga tidak seorangpun yang mengetahui bahwa ia memiliki bakat dalam bidang tulis menulis, atau istilahnya bakat terpendam. Walaupun, sejak sekolah dasar, ia telah menyadari bahwa ia menyukai dunia tulis-menulis. Setelah membaca buku motivasi dari gurunya itu, ia mulai membangkitkan kepercayaan dirinya dan mengobarkan semangatnya untuk bisa berkarya di dunia tulis-menulis.
Ia mulai membuat karya-karya dalam bentuk cerpen dan puisi, yang kemudian ia kirimkan karyanya dalam beberapa kompetisi di internet. Walaupun, tak ada satupun kompetisi yang memberikan kesempatan padanya untuk menjadi pemenang. Ia tetap optimis. Semangat. Pantang menyerah. Ia tetap berkarya. Karena baginya, yang terpenting adalah ia telah mencoba dan mengeluarkan seluruh kemampuannya secara maksimal. Ia berniat untuk mengarang buku, sehingga ia tetap berlatih mengasah kemampuannya itu.
Di bidang akademik, ia tidak menonjol. Hanya matematika, mata pelajaran yang ia suka dan cukup ia kuasai. Pada pelajaran lain, setiap ulangan, pasti selalu di bawah KKM. Walaupun demikian, ia selalu beranggapan bahwa akademik tidak menentukan kesuksesannya. Seperti pepatah mengatakan, BANYAK JALAN MENUJU ROMA (BANYAK JALAN MENUJU SUKSES).
Hingga suatu saat, ia diterima di salah satu universitas negeri di kotanya pada jurusan sastra Indonesia. Sungguh, pada saat itu ia terkaget-kaget. Padahal, kemampuannya sangat pas-pasan, tapi bisa diterima di universitas negeri. Sambil kuliah, ia mencoba mengembangkan bakat-bakatnya. Ia mendirikan semacam bimbingan belajar bagi sekolah dasar di rumahnya, khusus pelajaran matematika. Ia tidak mau menyia-nyiakan bakat yang ia miliki. Dengan seperti itu, kemampuan matematikanya dapat bermanfaat baginya, keluarganya dan tentunya bagi orang lain. Sambil kuliah juga, ia mulai mengarang buku dalam bentuk tulisan tangan..
Gelar S1 telah ia dapat. Buku yang ia buat hampir selesai. Setiap ada waktu luang pasti dia lanjutkan untuk menyelesaikan bukunya. Beberapa minggu kemudian buku pun telah selesai dibuat, walaupun masih dalam bentuk tulisan tangan. Namun, ia belum berniat untuk mengubah buku tulisan tangannya itu dalam bentuk real buku ketikan, karena ia ingin keluarganya membaca bukunya, terutama ibunya. Ia berniat membuat buku terus hingga tua nanti.
BAGINYA , KEMAMPUAN AKADEMIK TIDAK MUTLAK MENENTUKAN KESUKSESAN SESEORANG ,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar