Sabtu, 10 Maret 2012

Cerpen 7 :: PHYTAGORAS

oleh : Zuhdi Alvian (SMA)
 
***
Tlah ku lihat pancaran emas,
Dalam panjangnya diameter matahari,
Kutanamkan jari-jari cintaku,
Takkan kau tahu dalam bilangan,
Ganjil,genap,bulat ataupun prima.


Yang kuingin,
Adalah kau yakin,
Karena niscaya tak ada bilangan,
Yang tunjukkan luasnya jagad raya,
Begitu juga cintaku padamu.

Meski kau tlah menghitung,
Volume jantung hatiku,
Kala kau kalikan opanjang rinduku,
Lebar kasih dan sayangku,
Dan tentu tinggi ketulusanku.

Kubaca puisi cintaku bersama uraian air mata . kuhanya dapat pandangi pulau kecilditelan kelabunya air laut di ujung sana tempatmu mengasing joras. Belahan hatiku,hingga ku gila tak kau tahu. Setiap senja menyapa ku akan duduk diatas batu besar ini, menjerit dalam deburan ombak dan terpaan dingin angin laut. Semua ini hanya untuk membacakan puisi ini untukmu. Berharap burung,angin yang berhembus,dan juga air laut ini menyampaikan cintaku untukmu. Kuberharap kau panggil nama fita meski hanya dalam hatimu. Memang ini salahku dan semua ini karenaku. Taukah jo, tak sempat kujelaskan semua masalah kita ini . dirimupun tak perduli dan tak mau tahu semua penjelasanku.
***
Dalam penjara suci kecil berbentuk jajar genjang pondok pesantren ini aku menghabiskan waktu dan menanti suratmu
Malam itu ,aku dijemput sita teman perempuan yang kau kenalkan padaku dulu member kabar bahwa engkau terbaring sakit parah karena kecelakaan. Sita mengajak aku pergi ke rumahmu pada malam itu juga . aku sebenarnya enggan untuk menuruti kemauannya. Tapi apalah daya karena cintaku padamu ,kuturuti kemauan sita. Meski aku harus mengendap-endap lewat jendela dan memanjat pagar berduri. Setelah ku dapat keluar dari pesantren , ternyata banyak teman lelaki sita yang telah menunggu di mobil. Dengan bergegas aku naik mobil bersama mereka menuju rumah sakit tempatmu berbaring. Mobil berjalan kencang menyusuri panjang jalan tol. Ketika jalan tol sepi, teman lelaki sita dengan cepat mengeluarkan sapu tangan dan membiusku hingga aku tak sadarkan diri.
Pagi,kuterbangun dari bawah alam sadarku. Tapi aku sekarang tak tahu dimana sekarang aku berada. Aku berada di gubug yang tak dapat ku identifikasi bentuknya. Ku tak tahu bentuk gubug ini kubus ,kerucut, ataupun limas. Tapi disissi gubug kulihat nenek yang tua sedang memasak sesuatu dan dia sedang menjaga apinya dengan meniupnya dengan menggunakan bamboo berbentuk tabung. Tapi aku tak lama di gubug itu,sebelum nenek itu melihatku sadar aku dengan berhati-hati melarikan diri. Tapi dalam hatiku ku ucapkan banyak terima kasih kepada nenek itu.
Siang hari ku kembali kepesantren dan menyusup kemnbali. Kubingung dan dan tak mengerti apa yang terjadi semalam. Aku bingung dan tak mengerti apa maksud semua itu. Aku merenung dalam lingkaran kebingunganku.
-*-*-
Beberapa minggu kemudian setelah kejadian itu, badanku terasa sakit dan mual saat ku makan. Ku tak menyeritakan kejadian ini sat kubalas suratmu yang setiap waktu ku terima. Akhirnya,nila sahabatku mulai curiga dengan keadaanku. Kenapa dalam diriku ada tanda-tanda jika aku sedang hamil.
Akupun tak ragu untuk menguji kehamilan.tapi apa, kenyataan yang ku terima pahit,merajam hatiku. Aku positif hamil. Embrio dalamrahimku mulai tunbuh. Ku sulit menerima kenyataan ini . setelah itu, kujarang membalas surat cintamu.
Sepandai –pandainya mengubur bangkai pasti baunya akan tercium juga. Kini aku sebagai najis yang mengotori pesantren ini hingga aku dicaci dan dikeluarkan dari pesantren. Tak ada satupun orang yang percaya akan semua penjelasanku. Tak tahu kupergi kemana , kuhanya berjalan tanpa tujuan membawa hina jiwa ini. Karena kau juga tahu ayah dan ibuku tlah lama meninggalkanku. Akhirnya,dirimupun mengetahui segala fitnah ini hingga kau pergi ke pulau nun jauh disana . melupakan segala kekecewaanmu padaku.
***
Sore ini,detik ini. Sesungguhnya aku butuhkan kamu. Karena di dunia ini tak ada lagi yang percaya padaku. Ku akui pengorbananmu jo, hingga kau rela pindah ke agama islam karenaku. Tapi cinta kita tak akan menjadi segitiga pascal yang tak terbatas tapi berbalik menjadi segitiga Bermuda yang akhiri kisah kita.
Sore ini jo, biar ku hanyutkan kehinaan diri ini, seluruh kekecewaanmu dan seluruh caci maki. Aku akan bercampur dalam deburan ombak senja, dan biarlah air laut ini yang percaya padaku untuk selamanya.
@#*@#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar