Rabu, 02 Januari 2013

Cerpen 17 :: Kesuksesan Yang Tertunda

Oleh : Musa (SMA)

Tak pernah terfikirkan olehku kejadian yang baru saja terjadi, semua terjadi begitu cepat sehingga hal itu terjadi begitu saja tanpa aku bisa berbuat apa-apa. Tangisanku membelah kesunyian alam dan semuanya mendengarkan tangisan, ratapan serta doaku. Betapa tidak, aku harus berpisah dengan keluarga hanya dalam 1 detik. Yang paling menyakitkan bagiku adalah aku belum bisa bertemu mereka untuk saat ini. Tak ada kabar tentang keberadaan mereka, melainkan hanya kabar meninggalnya keluargaku. Tak ada yang menghiburku, karena semuanya juga sedang dalam keadaan berkabung. Hari demi hari selalu terdengar suara tangisan dan solawat, ataupun suara bacaan-bacaan ayat suci AL-QUR’AN. Ingin rasanya aku menyusul mereka tetapi aku masih mempunyai masa depan yang panjang dan memiliki janji kepada orang tuaku yang belum terpenuhi.
Mungkin ini adalah sebuah kejadian yang sangat menyakitkan sekaligus memotivasi diriku. Aku adalah salah satu dari ribuan orang yang kehilangan anggota keluarga karena peristiwa tsunami aceh 26 Desember 2006 lalu. Kala itu aku sedang duduk dikelas XII IPA disebuah sekolah favorit dan cukup dikenal dengan prestasi dan biayanya yang mahal. Aku bisa masuk di sekolah itu bukan karena aku adalah anak orang kaya, melainkan karena nilai UN SMPku yang tingi, dan juga prestasi di sekolah yang aku dapatkan dari SD hingga SMP. Aku bukan mengandalkan kecerdasan yang aku miliki untuk mengukir prestasi melainkan aku menggunakan ketekunanku dalam belajar dan berkarya. Karena 1 orang tekun dan ulet bisa mengalahkan 10 orang yang cerdas.
Setelah kejadian tersebut, aku harus belajar di bawah tenda dengan ditemani buku buku sekolah yang masih tersisa karena sekolahnya sudah rata dengan tanah. Aku masih teringat pesan yang diucapkan ayahku dulu,bahwa “hidup ini bagaikan sebuah gunung, apabila kita ingin naik kegunung itu, maka berusahalah untuk naik dan harus bekerja keras, apabila terjatuh maka bangkitlah dan jangan berputus asa”. Setiap hari aku mulai giat belajar untuk mewujudkan cita-citaku sebagai seorang dosen. 3 bulan aku belajar di bawah tenda sebelum bangunan yang baru selesai, dan diperkirakan bangunan bisa digunakan pada pertengahan Bulan Maret. Setelah sekian lama menunggu hari penentuan, akhirnya datang juga, Dan aku telah menyiapkan semuanya dengan sangat matang. Ketika mengerjakan ujian nasional aku sangat rileks dan dengan sesekali tersenyum karena soal-soal yang diujikan sudah pernah aku kerjakan hanya angkanya saja yang dirubah.
Ketika pengumuman kelulusan, namaku tak kunjung disebut oleh guru. Mataku memerah, wajahku pucat, dan keringat mulai bercucuran. Dan benar, sesuatu yang kutakuti memang benar-benar terjadi, aku tidak lulus UN, penyebabnya hanya 1 hal yaitu kesalahan penulisan biodata, itu kata guruku. Aku tak mau berputus asa, aku ingin mengulang kembali sampai aku lulus dan mendapatkan nilai yang bagus. Semua hal aku lakukan, mulai dari belajar, dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Banyak sindiran dan ejekan dari teman-temanku, tetapi aku tak mau menggubrisnya dan harus tetap bersemangat dan tidak putus asa.
.Untuk makan sehari-hari, setiap hari aku harus pergi ke sungai untuk memancing ikan dan menjualnya ke pasar. Banyak halangan dan rintangan yang aku hadapi, tetapi semua itu hanya aku anggap sebuah duri yang tidak bisa menghalangiku dalam bekerja, belajar dan berkarya. Masa-masa yang berat adalah ketika aku jatuh sakit dan tidak ada tetangga yang membantu kesusahanku ataupun menjenguknya, dan terpaksa aku harus pergi ke sungai demi memakan sesuap nasi. Ketika berjalan ke sungai aku beberapa kali menitikkan air mata karena aku harus melawan rasa sakit yang aku alami. Rasa sakit memang tidak boleh dimanjakan tetapi harus dilawan, karena semua hal yang terjadi pada diri kita adalah bersumber dari niat dan pikiran kita. Apabila kita berpikir kita sakit maka kita akan sakit, dan jika kita berpikir sehat sedangkan kita sedang sakit maka kesehatan akan cepat menghampiri kita.
Hari demi hari telah aku lalui dengan bersabar dan tak pernah berputus asa. Akhirnya hari pelaksanaan UN telah tiba dan aku sangat antusias menyambutnya. Aku mulai hati-hati dalam menjawab soal UN karena aku masih teringat saat-saat terjadinya kegagalan tahun lalu. Aku tak mau ada kesalahan sedikitpun dalam menjawab soal, karena kesalahan kecil bisa membuat malapetaka besar. Aku gugup dan keringat mulai mengguyur tubuhku, dan akhirnya aku bisa menyelesaikan semua soal dengan baik.
Hari pengumuman hasil UN pun telah tiba, dan aku sudah sangat optimis bahwa aku akan lulus untuk tahun ini. Tapi, mengapa namaku belum disebut-sebut oleh guruku dikategori lulus UN, hanya tinggal satu nama lagi yang belum disebut dan ia adalah seseorang yang mendapatkan nilai tertinggi di sekolah dan di kabupaten ini. apakah aku lulus? Rupanya dewi fortuna belum memihakku lagi, aku belum lulus ujian nasional
Aku mulai berputus asa, dan ingin melakukan sesuatu yang sangat dilarang agama. Ya, bunuh diri adalah hal yang melintas dalam pikiranku dan tak ada pikiran lainnya. Tapi rupanya wajah keluarga yang sudah lama meninggal muncul dan ketika itu pula aku ingat kata-kata ayahku yaitu “LAKUKAN SEKALI LAGI”. Aku membatalku niatku untuk menghabisi umurku, dan menyelidiki penyebab kegagalan dan berusaha memperbaikinya. Tapi tahun ini beda dari tahun-tahun lainnya,dari dulu aku tak pernah terbebani dengan masalah biaya sekolah. Tapi mengapa tahun ini aku harus membiayai sekolahku padahal aku telah menorehkan banyak prestasi untuk sekolah ini. yah, mungkin para guru kecewa dengan hasil UN ku yang tidaklah bagus,bahkan sangat-sangatlah buruk. Seorang bintang kelas dan bintang di sekolah tapi tak lulus UN? Seorang yang mengukir prestasi untuk sekolah tapi tak bisa mengukir prestasi untuk dirinya sendiri? Aku sangat malu bila teringat dan mendengar kata-kata tersebut. Aku bagaikan sebuah lilin yang mengorbankan diriku untuk kepentingan orang lain.
Setiap hari aku terbayang dan dihantui kata-kata tersebut. Aku berpikir, mungkin akan ada hikmah dari semua ini. ALLAH SWT akan berlaku adil pada hambanya, apabila kita bertemu dengan kesulitan, maka pasti ada kemudahan. Aku yakin bahwa suatu saat aku akan bisa memetik kesuksesan dari semua kegagalan yang aku alami. Mulai saat itulah, aku mulai mendalami ilmu agama dan berusaha mendekatkan diri kepada ALLAH SWT.
Hari demi begitu berat bagiku, karena aku harus bekerja lebih giat lagi demi memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga untuk membiayai sekolahku. Tapi karena sudah terbiasa rupanya aku merasa tak berat lagi, dan bisa membagi waktu belajar dan bekerja. Aku mulai memperdalami materi-materi yang akan diujikan dan karena ketekunanku, pengetahuanku mulai bertambah dari yang tidak mengerti menjadi mengerti. Apalagi pelajaran matematika yang dulunya terasa cukup berat sekarang lebih mudah. Terbukti dari hasil nilai try out ku yang diatas rata-rata temanku,aku mendapat nilai 8,25. Aku senang karena nilaiku semakin lama semakin baik yang bisa dilihat di grafik hasil beberapa try out belakangan ini. Hari UN ketiga bagiku sudah di depan mata, aku yakin bisa menuntaskan pendidikan SMA ku pada tahun ini. Setelah pelaksanaan UN tahun ketiga ini aku mulai mencari perguruan tinggi yang cocok untukku, dan mengumpulkan segala info tentang perguruan tinggi tersebut terutama perguruan tinggi yang menawarkan program beasiswa. Sekian lama menunggu akhirnya hari pengumuman kelulusan pun tiba, dan aku sangat takut sekaligus gembira. Aku takut jika aku lulus dan gembira karena aku akan tahu hasil belajarku selam 5 tahun disekolahku ini. Mataku memerah, wajahku pucat serta keringat yang membasahi tubuhku. Namaku tak kunjung disebut oleh guru pada saat pengumuman kelulusan. Aku sangat takut jika tak lulus lagi apalagi guru tak akan memperbolehkan aku sekolah di sekolah itu jika tak lulus. Perasaan gembira akhirnya menjemputku juga karena aku LULUS untuk tahun ini dan mendapatkan nilai tertinggi se-provinsi.
 Yang membuatku bahagia adalah aku mendapatkan beasiswa ke universitas ternama di INDONESIA dari pemda. Bukan hanya itu, aku juga mendapatkan pekerjaan sebagai pengajar honorer sebelum aku masuk kuliah. Rupanya kegagalanku selama 2 tahun membuatku menjadi lebih baik lagi dan mendatangkan berkah. Semoga aku bisa menorehkan prestasi di universitas kelak dan bisa mewujudkan cita-citaku sebagai seorang dosen. AAMIIN....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar