Senin, 27 Februari 2012

Ibnu Sina " Bapak Kedokteran Modern "

Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan). Beliau juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah “Bapak Pengobatan Modern” dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.

Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā (Persia ابوعلى سينا Abu Ali Sina atau dalam tulisan arab : أبو علي الحسين بن عبد الله بن سينا). Ibnu Sina lahir pada 980 di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia), dan meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran).
Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak diantaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai “bapak kedokteran modern.” George Sarton menyebut Ibnu Sina “ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu.” pekerjaannya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).
Kehidupannya dikenal lewat sumber – sumber berkuasa. Suatu autobiografi membahas tiga puluh tahun pertama kehidupannya, dan sisanya didokumentasikan oleh muridnya al-Juzajani, yang juga sekretarisnya dan temannya.

Ibnu Sina lahir pada tahun 370 (H) / 980 (M) di rumah ibunya Afshana, sebuah kota kecil sekarang wilayah Uzbekistan (bagian dari Persia). Ayahnya, seorang sarjana terhormat Ismaili, berasal dari Balkh Khorasan, dan pada saat kelahiran putranya dia adalah gubernur suatu daerah di salah satu pemukiman Nuh ibn Mansur, sekarang wilayah Afghanistan (dan juga Persia). Dia menginginkan putranya dididik dengan baik di Bukhara. Meskipun secara tradisional dipengaruhi oleh cabang Islam Ismaili, pemikiran Ibnu Sina independen dengan memiliki kepintaran dan ingatan luar biasa, yang mengizinkannya menyusul para gurunya pada usia 14 tahun.
Ibn Sina dididik dibawah tanggung jawab seorang guru, dan kepandaiannya segera membuatnya menjadi kekaguman diantara para tetangganya; dia menampilkan suatu pengecualian sikap intellectual dan seorang anak yang luar biasa kepandaiannya / Child prodigy yang telah menghafal Al-Quran pada usia 5 tahun dan juga seorang ahli puisi Persia. Dari seorang pedagang sayur dia mempelajari aritmatika, dan dia memulai untuk belajar yang lain dari seorang sarjana yang memperoleh suatu mata pencaharian dari merawat orang sakit dan mengajar anak muda.
Meskipun bermasalah besar pada masalah – masalah metafisika dan pada beberapa tulisan Aristoteles. Sehingga, untuk satu setengah tahun berikutnya, dia juga mempelajari filosofi, dimana dia menghadapi banyak rintangan. pada beberapa penyelidikan yang membingungkan, dia akan meninggalkan buku – bukunya, mengambil air wudhu, lalu pergi ke masjid, dan terus sholat sampai hidayah menyelesaikan kesulitan – kesulitannya. Pada larut malam dia akan melanjutkan kegiatan belajarnya, menstimulasi perasaannya dengan kadangkala segelas susu kambing, dan meskipun dalam mimpinya masalah akan mengikutinya dan memberikan solusinya.
Dengan ketajaman otaknya ia banyak mempelajari filsafat dan cabang - cabangnya, kesungguhan yang cukup mengagumkan ini menunjukkan bahwa ketinggian otodidaknya, namun di suatu kali dia harus terpaku menunggu saat ia menyelami ilmu metafisika-nya Arisstoteles, kendati sudah 40 an kali membacanya. sampai kata – katanya tertulis dalam ingatannya; tetapi artinya tak dikenal, sampai suatu hari dia menemukan pencerahan, dari sebuah kitab ma waraet thabie’ah li li Aristho-nya Al-Farabi (870 - 950 M) yang dibelinya di suatu bookstall seharga tiga dirham, semua persoalan mendapat jawaban dan penjelasan yang terang benderang, bagaikan dia mendapat kunci bagi segala simpanan ilmu metafisika. Maka dengan tulus ikhlas dia mengakui bahwa dia menjadi murid yang setia dari Al-Farabi.
Yang sangat mengagumkan adalah kesenangannya pada penemuan, yang dibuat dengan bantuan yang dia harapkan hanya misteri, yang mempercepat untuk berterima kasih kepada Allah SWT, dan memberikan sedekah atas orang miskin.
Sesudah itu ia mempelajari ilmu kedokteran pada Isa bin Yahya, seorang Masehi. Belum lagi usianya melebihi enam belas tahun, kemahirannya dalam ilmu kedokteran sudah dikenal orang, bahkan banyak orang yang berdatangan untuk berguru kepadanya. Ia tidak cukup dengan teori - teori kedokteran, tetapi juga melakukan praktek dan mengobati orang - orang sakit. melalui perhitungannya sendiri, ia menemukan metode – metode baru dari perawatan. Anak muda ini memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan pada usia 18 tahun dan menemukan bahwa “Kedokteran tidaklah ilmu yang sulit ataupun menjengkelkan, seperti matematika dan metafisika, sehingga saya cepat memperoleh kemajuan; saya menjadi dokter yang sangat baik dan mulai merawat para pasien, menggunakan obat – obat yang sesuai.” Kemasyuran sang fisikawan muda menyebar dengan cepat, dan dia merawat banyak pasien tanpa meminta bayaran.
Ia tidak pernah bosan atau gelisah dalam membaca buku - buku filsafat dan setiap kali menghadapi kesulitan, maka ia memohon kepada Tuhan untuk diberinya petunjuk, dan ternyata permohonannya itu tidak pernah dikecewakan. Sering - sering ia tertidur karena kepayahan membaca, maka didalam tidurnya itu dilihatnya pemecahan terhadap kesulitan - kesulitan yang dihadapinya.
Sewaktu berumur 17 tahun ia telah dikenal sebagai dokter dan atas panggilan Istana pernah mengobati penyakit berbahaya pangeran Nuh Ibn Mansur sehingga pulih kembali kesehatannya. Sejak itu, Ibnu Sina mendapat sambutan baik sekali, dan dapat pula mengunjungi perpustakaan yang penuh dengan buku - buku yang sukar didapat, kemudian dibacanya dengan segala keasyikan. Ibnu Sina mengenai perpustakan itu mengatakan demikian;
“Semua buku yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku yang kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiri pun belum pernah melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena itu aku dengan giat membaca kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya... Ketika usiaku menginjak 18 tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu.” Ibnu Sina menguasai berbagai ilmu seperti hikmah, mantiq, dan matematika dengan berbagai cabangnya.
Karena sesuatu hal, perpustakaan tersebut terbakar, musuh-musuh Ibnu Sina menuduh bahwa ia sengaja membakarnya, agar orang lain tidak bisa lagi mengambil manfaat dari perpustakaan itu .
Ibnu Sina tak pernah berhenti belajar. Ilmunya semakin matang dan mendalam. Pada usia 21 tahun, Ibnu Sina berhasil membuat buku pertamanya, Al- Majmu’ ketika berada di Khawarazm yang mengandung berbagai ilmu pengetahuan yang lengkap. Beliau menyelesaikannya berdasarkan semua disiplin ilmu yang dipelajarinya.
Ketika terjadi kekacauan di Kerajaan As-Samaniyah, Ibnu Sina mulai melakukan pengembaraan. Beliau keluar dari Bukhara menuju Karkang. Dari situ beliau berpindah ke Jarjan dan Khurasan. Namun demikian, pada akhirnya Ibnu Sina meninggalkan kedua negara tersebut menuju ke Dahastan. Setelah itu, Ibnu Sina kembali ke Jarjan dan bertemu dengan Juzjani. Di Jarjan, Ibnu Sina menjadi menteri sebanyak dua kali. Meski demikian, beliau tidak pernah berhenti menulis, mengajar, dan mengarang. Malam hari, beliau mengajar dan pagi hari beliau bertolak ke kantor kementerian tempat beliau tugaskan.
Kehidupan Ibnu Sina penuh dengan aktifitas -aktifitas kerja keras. Waktunya dihabiskan untuk urusan negara dan menulis, sehingga ia mempunyai sakit maag yang tidak dapat terobati.


PEMIKIRAN DAN KARYA-KARYA BESAR IBNU SINA

Kemampuan Ibnu Sina dalam bidang filsafat dan kedokteran, kedua duanya sama beratnya. Dalam bidang kedokteran dia mempersembahkan Al-Qanun fit-Thibb-nya, dimana ilmu kedokteran modern mendapat pelajaran, sebab kitab ini selain lengkap, disusunnya secara sistematis.
Dalam bidang materia medeica, Ibnu Sina telah banyak menemukan bahan nabati baru Zanthoxyllum budrunga - dimana tumbuh - tumbuhan banyak membantu terhadap bebebrapa penyakit tertentu seperti radang selaput otak (miningitis).
Ibnu Sina pula sebagai orang pertama yang menemukan peredaran darah manusia, dimana enam ratus tahun kemudian disempurnakan oleh William Harvey. Dia pulalah yang pertama kali mengatakan bahwa bayi selama masih dalam kandungan mengambil makanannya lewat tali pusarnya.
Dia jugalah yang mula - mula mempraktekkan pembedahan penyakit - penyakit bengkak yang ganas, dan menjahitnya. Dan last but not list dia juga terkenal sebagai dokter ahli jiwa dengan cara - cara modern yang kini disebut psikoterapi.
Dibidang filsafat, Ibnu Sina dianggap sebagai imam para filosof di masanya, bahkan sebelum dan sesudahnya. Ibnu Sina otodidak dan genius orisinil yang bukan hanya dunia Islam menyanjungnya ia memang merupakan satu bintang gemerlapan memancarkan cahaya sendiri, yang bukan pinjaman sehingga Roger Bacon, filosof kenamaan dari Eropa Barat pada Abad Pertengahan menyatakan dalam Regacy of Islam-nya Alfred Gullaume; “Sebagian besar filsafat Aristoteles sedikitpun tak dapat memberi pengaruh di Barat, karena kitabnya tersembunyi entah dimana, dan sekiranya ada, sangat sukar sekali didapatnya dan sangat susah dipahami dan digemari orang karena peperangan - peperangan yang meraja lela di sebeleah Timur, sampai saatnya Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd dan juga pujangga Timur lain membuktikan kembali falsafah Aristoteles disertai dengan penerangan dan keterangan yang luas.”
Selain kepandaiannya sebagai flosof dan dokter, iapun penyair. Ilmu - ilmu pengetahuan seperti ilmu jiwa, kedokteran dan kimia ada yang ditulisnya dalam bentuk syair. Begitu pula didapati buku - buku yang dikarangnya untuk ilmu logika dengan syair.
Kebanyakan buku - bukunya telah disalin kedalam bahasa Latin. Ketika orang - orang Eropa diabad tengah, mulai mempergunakan buku - buku itu sebagai textbook, dipelbagai universitas. Oleh karena itu nama Ibnu Sina dalam abad pertengahan di Eropah sangat berpengaruh.
Dalam dunia Islam kitab - kitab Ibnu Sina terkenal, bukan saja karena kepadatan ilmunya, akan tetapi karena bahasanya yang baik dan caranya menulis sangat terang. Selain menulis dalam bahasa Arab, Ibnu Sina juga menulis dalam bahasa Persia. Buku - bukunya dalam bahasa Persia, telah diterbitkan di Teheran dalam tahun 1954.
Karya - karya Ibnu Sina yang ternama dalam lapangan Filsafat adalah As-Shifa, An-Najat dan Al Isyarat. An-Najat adalah resum dari kitab As-Shifa. Al-Isyarat, dikarangkannya kemudian, untuk ilmu tasawuf. Selain dari pada itu, ia banyak menulis karangan - karangan pendek yang dinamakan Maqallah. Kebanyakan maqallah ini ditulis ketika ia memperoleh inspirasi dalam sesuatu bentuk baru dan segera dikarangnya.
Sekalipun ia hidup dalam waktu penuh kegoncangan dan sering sibuk dengan soal negara, ia menulis sekitar dua ratus lima puluh karya. Diantaranya karya yang paling masyhur adalah “Qanun” yang merupakan ikhtisar pengobatan Islam dan diajarkan hingga kini di Timur. Buku ini dterjemahkan ke baasa Latin dan diajarkan berabad lamanya di Universita Barat. Karya keduanya adalah ensiklopedinya yang monumental “Kitab As-Syifa”. Karya ini merupakan titik puncak filsafat paripatetik dalam Islam.
Meskipun ia di akui sebagai seorang tokoh dalam keimanan, ibadah dan keilmuan, tetapi baginya minum – minuman keras itu boleh, selama tidak untuk memuaskan hawa nafsu. Minum – minuman keras dilarang karena bias menimbulkan permusuhan dan pertikaian, sedangkan apabila ia minum tidak demikian malah menajamkan pikiran.
Didalam al-Muniqdz min al-Dhalal, al-Ghazali bahwa Ibnu Sina pernah berjanji kepada Allah dalam salah satu wasiatnya, antara lain bahwa ia akan menghormati syari’at tidak melalaikan ibadah ruhani maupun jasmani dan tidak akan minum – minuman keras untuk memuaskan nafsu, melainkan demi kesehatan dan obat
Buku yang ditulis Ibnu Sina lebih kurang 250 judul, termasuk kitab, esei, dan artikel dalam bidang matematik, mantik, akhlak, fisika, kedokteran dan filsafat.
Buku-buku yang pernah dikarang oleh Ibnu Sina, dihimpun dalam buku besar Essai de Bibliographie Avicenna yang ditulis oleh Pater Dominician di Kairo. Karya-karya beliau semasa hidupnya antara lain:
1. Kitab Al Majmu’, berisi tentang ilmu pengetahuan yang lengkap ditulis saat beliau
berusia 21 tahun.
2. Kitab Asy Syifa, (The Books of Recovery/The Books of Remedy), berisi tentang
cara-cara pengobatan beserta obatnya (18 jilid). Kitab ini di dunia kedokteran
menjadi ensiklopedia filosofi kedokteran. Dalam bahasa latin kitab ini dikenal
dengan nama “Sanatio”.
3. Kitab Al Qanun Fit Thibb (Canon of Medicine). tentang cara pengobatan yang
sistematis (16 jilid). Memuat pernyataan yang tegas bahwa darah mengalir terus-
menerus dalam suatu lingkaran dan tidak pernah berhenti. Buku ini sejak zaman
dinasti Han di Cina telah menjadi rujukan standar karya-karya medis cina.
4. Kitab Remedies for the Heart, berisi sajak-sajak. Mengandung sajak-sajak
pengobatan yang menguraikan tentang 760 jenis penyakit beserta cara
pengobatannya.
5. Kitab An Najah, tentang filsafat.
6. Penemuan tentang anatomi tubuh. Ibnu Sina percaya bahwa setiap tubuh manusia
terdiri dari empat unsur yaitu tanah, air, api dan angin. Keempat unsur itu
memberi sifat lembab, sejuk, panas, dan kering serta senantiasa bergantung pada
unsur lain yang terdapat pada alam ini.
7. Penemuan tentang pengobatan psikomosaik. Beliau mengembangkan ilmu diagnosis
melalui denyut jantung (pulse diagnosis) untuk mengetahui secara pasti
keseimbangan emosi seseorang dalam beberapa detik.
8. Penemuan di bidang kimia tentang logam. Beliu menerangkan bahwa benda-benda logam
sebenarnya berbeda antara satu dengan lainnya secara khusus. Setiap logam
membentuk dengan sendirinya dengan berbagai jenis. Beliau dianggap penerus dari
perkembangan ilmu kimia yang telah dirintis oleh Jabir Ibnu Hayyan (Bapak Kimia
Muslim Pertama).
9. Penemuan di bidang geografi tentang asal muasal lembah.
10. Penemuan tentang peredaran darah. Beliau menemukan bahwa “Darah mengalir terus
menerus dalam suatu lingkaran dan tidak pernah berhenti.”
11. Kitab Fi Aqsamil Ulumil Aqliya (On the Division of the Rational Sciences)
tentang pembagian ilmu-ilmu rasional.
12. Kitab An Nayat (Book of Deliverence) buku tentang kebahagiaan jiwa (merupakan
sebuah buku psikologi.
13. Kitab Risalah As Siyasah (Book of Politics) tentang politik.
14. Penemuan di bidang materi Medica.
15. Penemuan di bidang psikoterapi.
16. Kitab Al Musiqa, tentang musik.
16. Kitab Al Mantiq, tentang logika. Buku ini dipersembahkan untuk Abu Hasan Sahil.
17. Kitab Uyun Al Hikmah (10 jilid) tentang filsafat. Ensiklopedi Britanica
menyebutkan bahwa kemungkinan besar buku ini telah hilang.
18. Kitab Al Hikmah El Masyriqiyyin, tentang filsafat timur.
19. Kitab Al Insyaf tentang keadilan sejati.
20. Kitab Al Isyarat Wat Tanbihat, tentang prinsip ketuhanan dan kegamaan.
21. Kitab Al Isaguji (The Isagoge), tentang logika
22. Kitab Fi Ad Din (Liber de Mineralibus) tentang mineral.
23. Kitab Al Qasidah Al Aniyyah, tentang prosa.
24. Kitab Sadidiya, tentang kedokteran.
25. Kitab Risalah At Thayr, tentang roman fiktif.
26. Kitab Danesh Nameh, tentang filsafat.
28. Kitb Mujir. Kabir Wa Saghir, tentang dasar-dasar ilmu logika secara lengkap.
27. Salama wa Absal, Hayy ibn Yaqzan, al-Ghurfatul Gharabiyyah (Pengasingan di
Barat) dan Risalatul Thayr (Risalah Burung).

Karya Ibnu Sina Berupa Kitab Al Qanun Fit Thibb (Canon of Medicine) telah digunakan sebagai buku teks kedokteran di berbagai Universitas di Prancis. Misalnya di Sekolah Tinggi Kedokteran Montpellier dan Louvin yang telah menggunakannya sebagai bahan rujukan pada abad ke 17 M. Sementara itu, Prof. Phillip K. Hitti telah menganggap buku tersebut sebagai “Ensiklopedia Kedokteran”.

Buku ini telah membincangkan serta membahas tentang penyakit syaraf. Buku tersebut juga membahas cara-cara pembedahan yang menekankan tentang keperluan pembersihan luka. Bahkan di dalam buku-buku tersebut juga dinyatakan keterangan dengan lebih jelas disamping gambar-gambar dab sketsa-sketsa yang sekaligus menunjukkan pengetahuan anatomi Ibnu Sina yang luas.

Penulis-penulis barat telah menganggap Ibnu Sina sebagai “Bapak Kedokteran” karena beliau telah memadukan teori kedokteran Yunani Hipocrates dan Galen dan pengalaman dari ahli-ahli kedokteran dari India dan Parsi serta pengalaman beliau sendiri
Ensiklopedia Kedoktoran Pertama
Pada usia 21 tahun, ketika berada di Kawarazm, ia mulai menulis karyanya yang pertama yang berjudul “Al-Majmu” yang mengandung berbagai ilmu pengetahuan yang lengkap. Kemudian ia melanjutkan menulis buku-buku lain. Nama-nama buku yang pernah dikarang Ibnu Sina, termasuk yang berbentuk risalah ukuran kecil, dimuat dan di himpun dalam satu buku besar yang berjudul “Essai de Bibliographie Avicenna” yang dihasilkan oleh Pater Dominican di Kairo. Antara yang terkandung dalam buku tersebut termasuklah buku karangan yang amat terkenal iaitu Al-Qanun Fit – Tibb.
Teori-Teori Anatomi Dan Fisiologi
Teori-teori anatomi dan fisiologi dalam buku-bukunya adalah menggambarkan analogi manusia terhadap negara dan mikrokosmos (dunia kecil) terhadap alam semesta sebagai makrokosmos (dunia besar). Misalnya digambarkan bahwa surga kayangan adalah bulat dan bumi adalah persegi dan dengan demikian kepala itu bulat dan kaki itu empat persegi. Terdapat empat musim dan 12 bulan dalam setahun, dengan itu manusia memiliki empat tangkai dan lengan (anggota badan) mempunyai 12 tulang sendi. Hati (heart) adalah ‘pangeran’-nya tubuh manusia, sementera paru-paru adalah ‘menteri’-nya. Leher merupakan ‘jendela’-nya sang badan, manakala kandung empedu sebagai ‘markas pusat’-nya. Limpa dan perut sebagai ‘bumbung’ sedangkan usus merupakan sistem komunikasi dan sistem pembuangan.
Sementara itu “Canon of Medicine” memuat pernyataan yang tegas bahwa “darah mengalir secara terus-menerus dalam suatu lingkaran dan tak pernah berhenti” . Namun ini belum dapat dianggap sebagai suatu penemuan tentang srikulasi darah, kerana bangsa cina tidak membedakan antara urat-urat darah halus (Veins) dengan pembuluh nadi (arferies). Analogi tersebut hanyalah analogi yang digambarkan antara gerakan darah dan siklus alam semesta, pergantian musim dan gerakan-gerakan tubuh tanpa peragaan secara empirik pada keadaan yang sebenarnya.
Bidang Geografi
Ibnu Sina merupakan seorang ahli geografi yang mampu menerangkan bagaimana sungai-sungai berhubungan dan berasal dari gunung-gunung dan lembah-lembah. Ia mampu mengemukakan suatu hipotesis atau teori pada waktu itu di mana gagal dilakukan oleh ahli Yunani dan Romawi sejak dari Heredotus, Aristoteles hingga Protolomeus. Menurut Ibnu Sina “ gunung-ganang yang memang letaknya tinggi yaitu lingkungan maupun lapisannya dari kulit bumi, maka apabila ia diterajang lalu berganti rupa dikarenkan oleh sungai-sungai yang meruntuhkan pinggiran-pinggirannya. Akibat proses seperti ini, maka terjadilah apa yang disebut sebagai lembah-lembah.”
Bidang Geologi, Kimia Dan Kosmologi
Sumbangan Ibnu Sina dalam bidang geologi , kimia serta kosmologi memang tidak dapat di sangsikan lagi. Menurut A.M.A shushtery, karangan Ibnu Sina mengenai ilmu pertambangan (mineral) menjadi sumber geologi di Eropa. Dalam bidang kimia , ia juga meninggalkan penemuan-penemuan yang bermanafaat. Menurut Reuben Levy, Ibnu Sina telah menerangkan bahwa benda-benda logam sebenarnya berbeda antara satu dengan yang lain. Setiap logam terdiri dari berbagai jenis. Penerangan tersebut telah memperkembangkan ilmu kimia yang telah dirintis sebelumnya oleh Jabbir Ibnu Hayyan, Bapak Kimia Muslim. Sebagian daripada karyanya yang dapat dicatat disini adalah daripada :
1. Bidang logika “Isaguji”, “The Isagoge”, ilmu logika Isagoge.
2. Fi Aqsam al-Ulum al-Aqliyah (On the Divisions of the Rational Sciences) tentang pembahagian ilmu-ilmu rasional.
3. Bidang metafizika , “Ilahiyyat” (Ilmu ketuhanan)
4. Bidang psikologi , “Kitab an-Nayat” (Book of Deliverence) buku tentang kebahagiaan jiwa.
5. Fiad-Din yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi “Liber de Mineralibus” yakni tentang pemilikan (mimeral).
6. Bidang sastera arab “Risalah fi Asab Huduts al-Huruf” ,risalah tentang sebab-sebab terjadinya huruf.
7. Bidang syair dan prosa “Al-Qasidah al- Aniyyah” syair-syair tentang jiwa manusia.
8. Cerita-cerita roman fiktif , “Risalah ath-Thayr” cerita seekor burung.
9. Bidang politik “Risalah as-Siyasah” (Book on Politics) – Buku tentang politik.
Pandangan Tentang Wujud
Dari tuhanlah kemaujudan yang mesti mengalir intelegensi pertama sendirian karena hanya dari yang tunggal, yang mutlak sesuatu dapat terwujud. Tetapi sifat intelegensi pertama tidak selamanya mutlak satu, karena ia bukan ada dengan sendirinya, ia hanya mungkin, dan kemungkinannya itu diwujudkan oleh tuhan. Intelegensi pertama memunculkan dua wujud:
1. Intelegensi ke dua melalui kebaikan ego tertinggi dari adanya aktualitas.
2. Lingkungan pertama dan tertinggi berdasarkan segi terendah dari adanya, dan kemungkinan alamiahnya.
Dua proses pemancaran ini berjalan terus menerus sampai kita mencapai intelegensi kesepuluh yang mengatur dunia ini, yang oleh kebanyakan filosof muslim disebut malaikan Jibril, karena ia memberi bentuk atau memberitahukan materi dunia ini, yaitu materi fisik dan akal manusia.
Hanya tuhan yang memiliki wujud tunggal secara mutlak, sedang segala sesuatu yang diluar dirinya memiliki kodrat yang mendua. Oleh karena itu Tuhan adalah identik dengan eksisensinya. Adanya Tuhan adalah suatu keniscayaan, sedang adanya sesuatu yang lain hanya mungkin dan diturunkan dari adanya tuhan, dan dugaan bahwa tuhan itu tidak ada mengandung kontradiksi, karena dengan demikian yang lainpun juga tidak ada. Ibnu Sina berpandangan bahwa hanya dari bentuk dan materi saja kita tidak akan pernah mendapatkan eksistensi yang nyata, tetapi hanya kausalitas-kausalitas esensial kebetulan. Bentuk dan materi itu bergantung pada tuhan (atau akal aktif) dan lebih jauh lagi bahwa eksistensi yang tersusun juga tidak bisa hanya disebabkan oleh bentuk dan materi saja, tetapi harus terdapat sesuatu yang lain.
Esensi mewujud dalam pikiran Tuhan dan dalam pikiran-pikiran intelegensi-intelegensi aktif sebelum hal-hal yang ada itu maujud di dalam dunia lahiriah, dan mereka juga ada dalam pikiran kita setelah mereka itu mewujud. Keberadaan adalah sesuatu yang ditambahkan, bukan pada objek-objek yang ada, namun pada esensi. Bila keberadaan dihubungkan dengan esensi, maka keberadaan ini sama dengan “adalah sesuatu”. Prinsip tunggal dari sesuatu yang ada adalah tuhan, penyebab kemaujudan materi adalah penyebab okasional kemaujudan yang mensuplai sifat-sifat lahiriah kemajemukan.
Metafisika Ibnu Sina
Pemikiran metafisika Ibnu Sina bertitik tolak kepada pandangan filsafatnya yang membagi tiga jenis hal yaitu:
1. Penting dalam dirinya sendiri, tidak perlu kepada sebab lain untuk kejadiannya, selain dirinya sendiri yaitu tuhan.
2. Berkehendak kepada yang lain, yaitu makhluk yang butuh kepada yang menjadikan.
3. Makhluk mungkin, yang ada bisa pula tidak ada, dan ia sendiri tidak butuh kepada kejadiannya maksudnya benda-benda yang tidak berakal seperti: pohon, air, batu, tanah, dll.
Dalam membahas mengenai adanya Tuhan dalam hubungannya dengan alam semesta. Ibnu Sina mengatakan dalam bukunya “Al Isharat”, “titik dan pandangan argument orang terhadap wujud yang pertama, keesaannya kemahaagungannya, tidak berkehendak kepada sesuatu yang lain selain dari ciptaannya atas makhluk itu sendiri, tanpa pandangan betapapun ciptaan dan bentuknya, meskipun ciptaannya dipandang sebagai tanda adanya tuhan. Orang akan lebih mengerti dengan lebih kuat dan baik terhadap tuhan, karena adanya makhluk berarti adanya tuhan. Adanya pandangan segala makhluk, dapat dibenarkan pendapat tentang adanya tuhan.[1]
Sesuatu ada yang dibutuhkan adalah keadaan yang masuk akal, bukanlah hal yang mustahil. Ada yang dibutuhkan ini adalah Tuhan Yang Maha Esa. Segala ada yang lain itu adalah mungkin akan tetapi sebagian darinya diperlukan oleh ada dan sebagiannya tidak diperlukan. Mereka ini mempunyai akal yang terpisah antara yang satu dengan yang lain. Dari bentuk sempurna kebutuhan pada bentuk yang tidak sempurna dan mungkin. Yang dimksud dengan bentuk sempurna dan kebutuhan itu adalah tuhan. Jalan pikiran yang disusun oleh ibnu Sina :
1. Akal terpisah
2. Bentuk
3. Jasmani
4. Benda dan kejadian.
Dalam setiap ukuran itu terdapat berbagai jenis makhluk yang berbeda dalam susunan kejadiannya, Akal terpisah mempunyai susunan ke atas dan ke bawah, yang paling tinggi adalah akal terpisah atau sebab pertama. Yang terendah adalah akal ke sepuluh yang disebut sebagai wakil akal, masuk ke dalam alam turun-temurun dan rusak. Akal pertama mengalir dari apa yang dibutuhkan dengan jalan pelimpahan, yang kedua melimpah dari yang pertama demikian terus menerus sampai pada akal yang kesepulul. Tuhan adalah akal murni yang mengetahui irinya sendiri.
Hukum Sebab Akibat
Ibnu Sina menggambarkan sebab atau wakil dimulai dengan sebab ini, adalah karena mutakallimun berpendapat bahwa pencipta alam adalah sebagai akibat atau hasil dari Tuhan yang bertindak sebagai pencipta. Dalam memberikan dalil pendapat ini, dipergunakan berbagai istilah dalam bahasa arab yang artinya sama dengan penciptaan, penghasilan, pembuatan, pekerjaan, pembawaan terhadap wujud dan lain-lain. Orang banyak menduga bahwa benda datang dari tidak ada menjadi ada, tidak ubahnya seperti seorang arsitek yang mendirikan sebuah rumah. Sebelum arsitek membuat rumah, rumah itu tidak ada. Penciptaan alam oleh tuhan seluruhnya berbeda dengan pembuatan sebuah rumah oleh arsitek:
1. Rumah jika sudah dibangun, ia tidak perlu lagi wakil, sedangkan alam selamanya perlu wakil. Sesudah alam diciptkan ia butuh terus kepada tuhan.
2. Wakil adalah dalam waktunya mendahului dari rumah itu. Dengan perkataan lain sebab mendahului perbuatan dalam segala perubahan yang terjadi di alam.
Tuhan adalah sebab yang efisien dari alam, tidak perlu didahului oleh waktu. Dengan kata lain Ibnu Sina memandang antara sebab dan akibat walaupun bagaimana sebab itu datang juga dari sebab. Tuhan sebagai sebab bertindak dalam alam yang bergerak terus menerus dalam wujudnya, yang adanya sebagai sebab dirinya sendiri atau dibutuhkan oleh yang lain. Alam adalah sama abadinya dengan tuhan, dan tidak datang dari yang tidak ada. Benda alam dalam filsafat Ibnu Sina merupakan penerimaan murni. Walaupun Tuhan tidak mempunyai kepentingan terhadap kejadian alam, karena dia tidak berkepentingan menjadikannya, namun alam itu sendiri bergerak kepadanya. Dalam makhluk terdapat kehendak batin yang dengan kebutuhannya menjadi sebab dari penciptanya. Setiap unsur ditemani dengan kehendak batin yang senantiasa kelihatan padanya, yang menyebabkan wujudnya.
Tuhan Maha Mengatur dan Maha Tau
Definisi tentang tuhan sebagai yang maha tahu diterangkan Ibnu Sina dalam kitabnya Al Isyaat sebagai berikut “maha tahu adalah perwakilan dalam undang alam semesta, dalam pengetahuan abadi, dan dalam suatu waktu tertentu”. Undang pelimpahan tuhan dalam bentuk hirarki dan kekhususan adalah dengan pelimpahan rasional. Tuhan menghendaki baik, oleh karena itu ia menyempurnakan wujudnya. Makhluk adalah baik dan kesmpurnaan makhluk itu adalah terdapat dalam segala makhluk. Semua wujud dan kesempurnaan terdapat dalam segala makhluk. Karena segala kebaikan dan kesempurnaan datang dari Tuhan. Sebab itu Tuhan mempunyai sifat Rahman dan Rahim, Ia akan menjelma dalam setiap yang dikuasainya.
Jika keindahan tidak terdapat dalam suatu makhluk itu bukanlah ia bersifat kurang atau tidak sempurna, akan tetapi karena tidak lengkapnya makhluk itu sendiri. Hal itu juga disebabkan kemungkinan alam dari mana makhluk itu dijelmakan, yang menyebabkan ia tidak sempurna. Benda yang terpisah dari bentuk, bukanlah makhluk benda, maka harus tidak terpisah dari bentuk, yang membawanya kepada kepentingan menjadi wujud hakiki. Bentuk adalah pakaian bagi kesempurnaan dan kebaikan yang terdapat pada benda. Tuhan sebagai puncak makhluk maka Tuhan pula merupakan puncak rupa dengan yang memberi nikmat. Dari keadaan ini kita harus mengenal tuhan sebagai wakil sebab.[2]
Rahasia kejahatan tertolak dalam sifat benda. Kejahatan adalah kemungkinan dan ketidak sempurnaan. Kejahatan itu berbagai macam. Selama ini dunia tersusun dari kebutuhan dan kemungkinan, dunia ini terjadi dari benda bentuk, potensi dan hakikat, kejahatan selamanya akan ada. Dalam membuktikan bahwa Tuhan Maha Mengetahui maka Ibnu Sina pernah menghadapi tiga buah pernyataan yang berlawanan:
1. Tentang pendirian filsafat Aristoteles yang mengatakan, bahwa tuhan berada di luar alam.
2. Tesis Al quran yang mengatakan bahwa Tuhan adalah maha tahu akan segala yang tidak terlihat. Tidak ada sebutir atom atau lebih kecil dari itu atau lebih besar dari langit dan bumi yang tersembunyi kepadanya.
3. Tentang pendapat Plato dan Neoplatonis yang mengatakan bahwa Tuhan adalah prinsip pertama, yang esa dan dia jauh dari apa yang dapat disifatkan oleh pengetahuan, sebab dengan meletakkan kepada tuhan pengehuan.
Oleh karena itu Tuhan adalah akal murni, karena dia berpikir dalam dirinya sendiri, kemudian tuhan mengetahui selain dari dirinya sendiri. Tuhan mengetahui dasar pertama dari makhluk, hukum alam semesta sebagai hukum kebaikan yang berada dalam keseluruhannya.
Pandangan Tentang Akal
Akal merupakan suatu kekuatan yang terdapat dalam jiwa. Menurut Ibnu Sina ada dua macam akal yaitu akal manusia dan akal aktif. Semua pemikiran yang muncul dari manusia sendiri untuk mencari kebenaran disebut akal manusia. Sedangkan akal aktif adalah di luar daya kekuatan manusia, yaitu semua pemikiran manusia yang mendatang ke dalam akal manusia dari limpahan ilham ke Tuhan. Akal (pemikiran) membawa alam semesta ini ke dalam bentuk-bentuk.

Ibnu Sina meninggal di usia 58 tahun pada tahun 1073, saat kembali ke kota yang disukainya Hamadhan. Walau beliau sudah meninggal, namun berbagai ilmunya sangat berguna dan digunakan untuk penyembuhan berbagai penyakit yang kini diderita umat manusia.

Beliau sudah tiada, tapi akan selalu menemani kita. Sekarang, kita harus melanjutkan setiap karyanya. Jangan sampai kita hanya bisa bernostalgia dengan membaca sejarah beliau. Ikrarkan dalam hati bahwa “Kita bisa seperti beliau, beliau aja bisa apalagi kita”. Jangan kita hanya terkagum-kagum saja tapi kita tidak ingin menggali ilmu yang beliau tinggalkan. Jika beliau masih hidup sekarang ini mungkin merasa sedih. Sebab ilmu yang beliau tinggalkan tidak kita pergunakan dan kembangkan dengan baik. Malah, orang barat yang mengembangkannya. Saatnyalah kita bangkit dan kita capai kegemilangan islam dengan ilmu pengetahuan serta iman dan taqwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar